Selasa, 02 Desember 2008

Macam-Macam Penyakit Hati

Manusia terlahir dengan hati yang bersih. Perjalanan hiduplah yang memberi warna terhadap hati masing-masing manusia. Sehinga akhirnya ada manusia yang berhati baik dan berhati jahat.

Godaan untuk menjadi manusia berhati jahat sangatlah besar, dan akan makin membesar dari hari ke hari. Apa yang harus kita lakukan adalah menutup pintu bagi masuknya godaan jahat yang terus berseliweran tersebut.

Salah satu cara untuk menutup pintu tersebut adalah dengan bercermin diri, melihat kelakuan kita selama ini. dari situ kita akan terlihat, di sisi mana harus diperbaiki, dan di sisi mana harus ditinggalkan.

Penyakit hati lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk dari penyakit-penyakit tubuh, ditinjau dari berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudharat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagiaanya di dunia dan akhirat, dan bermudhrat bagi akhiratnya yaitu tempat kediaman yang baka, kekal dan abadi.

Penyakit-penyakit hati tidak terjangkau secara indrawi dan tidak menimbulkan rasa sakit, sulit diketahui dan ditemukan. Perhatian kepada penyakit hati sangatlah sedikit dan upaya pengobatannya pun lemah, imam al-Gazhali menyebutkan “Penyakit hati itu laksana penyakit sopak (belang) di wajah seseorang yang tidak memiliki cermin. Jika ia diberitahu orang lain pun, mungkin ia tak mempercayainya.”

Seorang psikolog muslim, Dr. hasan Muhammad asy-Syarqowi, menulis dalam bukunya Nahwa Ilmu Nafsi Islami, tentang macam-macam penyakit hatiantara lain:

1. Riya

Riya adalah suatu prilaku atau tindakan untuk membanggakan kebolehan, kekayaan dan keunggulan dirinya. Prilaku yang demikian itu dapat dianggap sebagai tindakan untuk menutupi kelemahan atau kekurangan diri. Orang yang berpenyakit riya mempunyai gejala (tanda) di antaranya: menutupi kekurangannya dengan kepalsuan, kehilangan keindahan dan kebenaran, berdusta, munafik dan menipu (hatinya tertutup terhadap kebenaran atau telah jatuh kepada syirik tipuan), penipu dan tertipu (menipu orang lain dan menipu dirinya sendiri). Penyakit riya hampir sama dengan penyakit narcistic yaitu mencintai dirinya tidak mau bekerja, kecuali untuk kepentingan dirinya yang terpuruk karena rasa rendah diri dan ketidakmampuan tampil percaya diri.

Orang yang riya itu sangatlah merugi. Selain dianggap sudah menyekutukan Allah diapun tidak akan mendapat pahala atas apa yang telah dia lakukan karena riya telah menghanguskan amal yang telah diperbuat. Sebagaimana firman Allah:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

2. Marah tidak terkendali

Marah adalah sesuatu yang wajar apabila ada sebab dan alasannya. Marah yang tercela adalah marah yang tidak pada tempatnya dan marah yang lebih besar dari yang seharusnya.

Orang yang dikuasai oleh amarah maka kemampuan berpikirnya akann rusak, sehingga tidak bisa berpikir secara jernih. Dengan amarah yang meluap inilah bersumber banyak perkataan dan perbuatan yang mengandung permusuhan. Apabila dibiarkan beralarut, maka penyesalanlah yang akan datang menghampiri di saat amarah itu mereda.

Dalam menyikapi amarah, Imam al_gazhali berkata dalam Wiqayatul Ihsan “Pada saat amarah seseorang mencuat, maka aliran darah yang ada pada hati akan mengalir deras menuju otak hingga menguasai semua pikiran dan bahkan menguasai sumber kebaikan. Maka, gelaplah matanya hingga ia tidak bisa melihat dengan jernih dan dunia seolah diliputi dengan banyak rahasianya. Pada saat itulah, otaknya bagaikan gua yang menyebarkan api hingga hitamlah suasananya dan asap menyelubungi semua sisinya. Sehingga bisa dikatakan bahwa api amarah akan mampu membinasakan hati dan emmbunuh eksistensi individu tersebut dengan tanpa disadarinya.”

Setiap kali amarah mencuat, maka pada saat itulah setan mulai beraksi. Dengan demikian maka seyogyanya bagi setiap muslim yang berakal untuk mengalahkan setan, menahan amarahnya dan memahami kondisi yang sebenarnya. Kekuatan yang sejati adalah apabila seseorang mampu mengendalikan dirinya di saat marah dengan tidak mengatakan hal yang buruk atupun tercela serta menahan amarahnya dengan baik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ وَلَكِنَّ الشَّدِيْدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ

“Sesungguhnya kekuatan itu tidak ditunjukkan dengan kekasaran, namun kekuatan itu dimilki oleh seseorang yang dapat menahan dirinya di saat ia sedang marah.”(Muttafaq alih)

3. Buruk sangka

Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yag jelas.

4. Was-was (obsesi)

Was-was adalah semacam gangguan perasaan atau pikiran dimana orang yang dikuasai oleh perasaan, pikiran atau pendapat tertentu dan tidak dapat melepaskan diri dari perasaan atau pikiran tersebut. Karena ia yakin akan hal tersebut tetapi ia tidak dapat membuktikannya. Penyakit itu semakin lama semakin meningkat atau berkembang. Pada umumnya para pakar psikologi berpendapat bahwa gejala was-was, merupakan salah satu macam dari penyakit kompulsi (compulsions). Penyakit was-was bermula dari lupa akan kebenaran, kemudian didorong atau dipengaruhi oleh setan sampai orang tersebut tersesat melakukan perbuatan salah. Karena itu orang beriman harus waspada terhadap usaha-usaha setan untuk masuk menggoda manusia. Terdapat 10 pintu bagi setan untuk masuk menggoda manusia (masuk ke hati manusia) yaitu: ingin tahu dan buruk sangka, kehidupan duniawi, santai dan bersenang-senang, ujub dan terpedaya, memandang enteng orang lain, dengki dan dendam, riya, kikir, sombong, tamak.

Di antara hal-hal yang mudharat bagi manusia ketika beribadah kepada Allah was-was di dalam hati, banyaknya pikiran-pikiran yang melintas serta bisikan-bisikan hati tentang segala sesuatu yang telah lalu maupun yang akan datang.

5. Tamak

Tamak (loba dan rakus), terjadi pada orang yang cenderung mengikuti hawa nafsu yang tidak pernah puas.

“Sesungguhnya setiap bangsa itu mempunyai bencana (fitnah) dan bencana umatku adalah harta”. Demikian sabda rasul, yang diriwayatkan Tirmizdi. Bukan cara mengumpulkannya yang berdasarkan syari’at tetapi lantaran kecintaan dan kearakusan terhadap harta dan hanya memikirkan kekayaan untuk diri sendiri.

6. Sombong

Sombong adalah merasa tinggi atas manusia lainnya dan meremehkan mereka. Ia adalah satu emosi yang dibenci dan merupakan satu prilaku buruk yang dicela Allah, Allah berfirman:

Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Rasulullah sangat mencela orang yang sombong dan melarang umatnya untuk bersikap sombong serta mengancam orang-orang yang sombong dengan hukuman yang berat, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْـقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Artinya:

“Tidak akan masuk surga orang yang memiliki sebiji dzahrah kesombongan di hatinya.” Lalu berkatalah seorang lelaki, “sesungguhnya seseorang sangat suka untuk mengenakan pakaian yang baik.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu sangat baik dan mencintai semua kebaikan. Sesungguhnya kesombongan adalah satu bentuk akan penyimpangan kebenaran dann akan membuatnya memandang remeh pada manusia lainnya.” (HR. Muslim).

Prilaku Rasulullah SAW sangat jauh dari kategori sombong. Prilaku inilah yang akhirnya dicontoh oleh para sahabatnya dan akhirnya mereka menjadi orang yang paling banyak rendah hatinya serta jauh dari sifat sombong dan membangga-banggakan diri.

Tanda-tanda kesombongan:

a. Menolak kebenaran ketika orang lain memberitahukan kesalahannya dan tidak akan kembali kepada kebenaran ataupun menrimanya.

b. Meremehkan manusia lainnya dan menghinanya serta merasa bahwa ia lebih tinggi dari mereka semua. Kesombongan tidak akan mungkin dilepaskan dari diri seseorang kecuali dengan rendah hati.

Tingkatan sombong

Pertama: Sombong kepada manusia sekitarnya dengan harta dan kedudukannya di masyarakat.

Kedua: Sombong dengan hartanya yang melimpah, yang semua ini justru menunjukkan suatu kebodohan pemiliknya. Contoh yang mewakili tingkatan ini adalah Qarun yang Allah sebutkan kisahnya pada akhir surat al-Qashash.

Ketiga: Sombong dengan kekuatan dan kesehatan. Orang ini lupa bahwa kekuatan bukanlah ukuran bagi adanya kemuliaan di antara manusia. Sesungguhnya yang memberinya kekuatan mampu mengambil kembali kekuatan tersebut dengan hanya sekejap mata.

Keempat: Sombong dengan ilmunya. Orang inilah yang lebih pantas disebut sebagai orang yang bodoh. Karena ilmu yang tidak membuat pemiliknya makin rendah hati dan menambah kekuatan kepada Allah, maka ilmu tersebut bukanlah ilmu yang bermanfaat. Suatu ilmu pada lisan akan menjadi bukti keberadaan Allah melalui penciptaan-Nya, dan ilmu pada hati akan menumbuhkan ketakutan kepada-Nya.

7. Dendam

Dendam adalah marah, kecewa atau sakit hati yang disimpan lama terhadap orang lain. Dendam adalah buah dari hati yang merasa terluka, merasa teraniaya, merasa haknya diambil. Makin kuat kedendaman seseorang, makin besar kemungkinan seseoarang untuk marah, dengki, dan tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan suka melihat orang lain sengsara. Makin membara dendam, maka dia akan mencari segala upaya untuk mencemarkan, mencoreng, bahkan kalau bisa mencelakakan dan bisa jadi memilih mebayar orang lain untuk membunuhnya.

8. Dengki

Dengki adalah tidak senang atas keberhasilan, kenikmatan atau keuntungan yang dicapai oleh orang lain.

Kedengkian ada dua macam

Pertama, kedengkian yang sangat tercela secar syar’I yaitu kebencian seseorang melihat nikmat yang diberikan kepada orang lain dan berharap agar nikmat itu hilang darinya.

Kedua, kedengkian yang dikenal dengan sebutan ghibthah yaitu harapan seseorang untuk memilki nikmat yang dibrikan kepada orang lain tanpa berharap agar nikmat itu hilang darinya. Hal ini bukanlah termasuk dalam kategori iri dan dengki yang tercela, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa rasulullah bersabda:

عَـنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَـيْنِ رَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ القُرْانَ فَهُـوَ يَتْلُوهُ اَنَاءَ اللَّـيْلِ وَاَنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ اَتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ اَنَاءَ اللَّيْلِ وَاَنَاءَ النَّهَارِ

Artinya:

“Janganlah kalian iri akan suatu hal apapun kecuali atas dua hal: atas orang yang diberikan padanya Al-Qur’an dan ia membaca, memahami dan mengaplikasikannya, baik malam dan siang hari; dan juga atas orang yang diberikan kepadanya harta dan ia menginfakkannya, baik malam maupun siang hari.” (Muttafaq alaih)

Rasa iri dan dengki layaknya rasa cemburu. Ia mampu memunculkan rasa kebencian yang membuatnya berharap agar terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atas orang yang telah membuatnya iri. Selain itu, kedengkian ini pun mampu menumbuhkan rasa permusuhan. Karenanyalah, Allah selalu memerintahkan kita untuk berlindung dari segala bentuk kedengkian dan juga dari kejahatan yang dihasilkan darinya. Sebagaimana firman Allah:


Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Menurut KH Abdullah Gimnastiar ciri-ciri orang yang dengki adalah sebagai berikut:

  1. Senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.
  2. Adanya keengganan dari seorang pendengki untuk melihat/bertemu dari orang yang didengkinya.
  3. Raut muka pendengki lebih banyak masamnya dari manisnya dan tutur katanya lebih banyak menghina, mencela dan menjatuhkan.

Obat penyakit hati:

Dalam pengobatan penyakit hati, rasulullah SAW telah menunjukkan pengobatan yang tidak terlintas di otak para pembesar kedokteran di mana ilmu, percobaan, dan prediksi mereka belum terarah kepada pengobatan tersebut. Rasulullah menawarkan pengobatan dengan obat-obatan hati dan rohani. Obat yang menambah kekuatan hati dan ketetapannya kepada Allah dengan selalu bertawakal kepada-Nya, meminta perlindungan-Nya, tunduk kepada-Nya, bersedekah, berdoa, bertaubat, memohon ampun, berbuat baik kepada kepada semua makhluk, enolong yang teraniaya dan juga menghilangkan kesedihan orang yang berduka.

Hati yang kuat adalah hati yang gembira dengan kedekatannya dengan Tuhannya. Ia akan selalu senang dengan mengingat-Nya dengan menyerahkan semua kekuatannya hanya untuk mencapai keridhaannya. Ia akan selalu meminta pertolongan kepada-Nya, bertawakal hanya untuk-Nya, dan inilah hakikat obat yang manjur. Obat yang memberikannya kekuatan dalam menangkal penyakit denagn kalimat pengingat kepada Allah.

Dalam kitab kifayatul Atqia’ wa Minhajul Asyfia’ (kelengkapan Orang Takwa dan Jalan Orang Suci), karangan Syekh Muhammad Syatha ad-Dimyathi bahwa obat hati adalah: Membaca al-Qur’an berikut maknanya, Shalat malam, Zikir, Mengosongkan perut yakni berpuasa, Bergaul dengan orang Shalih.


Sayyid, Alamah dan Haddad, Abdullah, Menuju Kesempurnaan Hidup, Bandung; Mizan, 1996, cet. 8, h. 87

Narendrany Hidayati, Heny, dan Yudiantoro, Andri, Psikologi Agama, Jakarta; UIN Jakarta Press, 2007, cet 1, h. 176-180

Az-Zahrani, Musfir bin said, Konseling Terapi, Jakarta; Gema Insani, 2005, cet 1, h. 214-216

Gymnastiar, Abdullah, Mengatasi Penyakit Hati, Jakarta; Republika, 2003 cet. 5, h. 44-45

Sudrajat, A. Suryana, Menimba Kearifan Risalah Tasawuf Kontemporer, Jakarta; Tryana Sjam’un Corp, 2001, h. 153.

Senin, 01 Desember 2008

My Teacher

Darsana, nama dosenku mata kuliah BIMBINGAN KONSELING pada waktu semester 4, nama ini tidak asing bagi teman-teman PAI khususnya kelas Ve. Dalam mengajar beliau slalu menceritakan pengalaman-pengalaman beliau, saat berkunjung ke suatu daerah maupun saat beliau berada di luar negeri contohnya Singapura dan Malaysia. Banyak informasi dan ilmu yang telah beliau berikan kepada kami waktu di kelas. hal yang paling aku ingat beliau pernah bercerita mengenai penyakitnya dan beliau menganggap penyakit yang dideritanya merupakan teguran dari Allah SWT, beliau berkata "Alhamdulillah berarti Allah masih sayang kepada saya". Aku salut kepada beliau karena dengan penyakit yang separah itu beliau menyikapinya dengan sabar dan tetap semangat dalam menjalankan semua aktivitasnya termasuk mengajar kami.
Tepat pada tanggal 26 november 2008 beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar dari temanku dalam satu organ ekstra yang kebetulan dia tinggal satu daerah dengan pak Darsana karena beliau sebagai ketua RW didaerahnya bahwa beliau telah meninggal dunia pada hari sabtu 22 november karena penyakit yang dideritanya. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" itulah kata yang terucap dari mulutku setelah mendengar berita tersebut.
Aku bersama teman-teman mendoakan semoga amal ibadah beliau diterima dan diridhai oleh Allah dan semoga ilmu yang telah diajarkannya bermanfaat bagi kami. Amin.........by LYNAY

Rabu, 02 April 2008

My froblem…………………………….

Tak terasa umurku kini hampir menginjak seperampat abad, masalah yang datang tak pernah ada yang menduga, manusia begitu juga aku mempunyai harapan agar hidup yang kujalani slalu lancar dan bahagia. Memang yang namanya hidup itu adalah masalah maka aku pun dalam menjalani hidup tak terlepas dari masalah yang menyapa. Tapi sepengetahuanku Allah tidak akan memberikan masalah kalau hambanya tidak mampu memikulnya.

Masalah atau musibah yang menimpa hidup manusia bisa merupakan sebuah ujian atau memang akibat perbuatan manusia itu sendiri. Musibah yang Allah timpakan kepada manusia bisa berupa ujian untuk meningkatkan kadar iman dan takwa seseorang atau berupa teguran.

Begitu juga yang kualami, dulu ketika aku masih duduk di sekolah dasar (SD), aku merasa hidup itu menyenangkan karena dijalani tanpa beban. Namun ketika sudah madrasah tsanawiyah (MTs) aku – mungkin karena sudah mulai mikir – merasa masalah datang tanpa diminta, misalnya sakit dan sebagainya. Di madrasah tempatku menempuh pendidikan, merupakan pendidikan ponpes yang peraturannya tidak mengenakkan (kalau kita selalu menurutkan keinginan).

Suatu hari, ketika aku duduk menung sendiri aku memikirkan banyaknya beban yang harus aku emban “namun aku tidak memikirkan, toh teman-teman yang lain juga mendapat tugas yang sama sepertiku. Masalah yang membuatku berpikir pendek dan enggan meneruskan studyku di madrasah tersebut adalah hapalan al-Qur’an, padahal hanya beberapa surat pilihan saja tidak 30 juz” kemudian tanpa piker panjang aku mengemasi barang-barangku untuk aku bawa pulang.

Sampai di rumah, keluargaku terkejut padahal aku baru saja dijenguk ko’ malah pulang “begitu pikiran mereka, khususnya ibuku. Kemudian aku ceritakan semua yang aku rasakan, bahwa aku merasa berat untuk menjalani pendidikan di ponpes tempatku belajar ketika itu. Namun ibu dan ayah serta keluargaku tidak marah, mereka mendiamkanku beberapa hari, mungkin mereka memberikan waktu kepadaku untuk berpikir.

Akhirnya beberapa hari kemudian keluargaku memberikan wejangan kepadaku agar aku mengerti kewajiban dan anjuran yang ada di ponpesku itu. Akhirnya dengan berat hati akupun mengikuti apa yang mereka katakana, yaitu kembali ke ponpes. Sesampainya disana akupun mengikuti disiplin yang ada walaupun hatiku masih mendongkol karena keinginanku untuk pindah sekolah tidak dituruti.

Setelah tamat dari ponpes, aku mengalami kebimbangan, kemana hendak melanjutkan study? SMA, SMK, STM atau kemana?? Mungkin saat itulah hatiku terbuka dengan keadaan sekitar rumahku yang tidak mendukung untuk melanjutkan sekolah seperti SMA atau SMK dan STM, kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan studyku ke Jawa Timur, dengan pendidikan dan pengajaran yang kudapatkan di sini aku menyadari dan merasa beruntung karena aturan yang ada di ponpesku dulu dengan di Jawa Timur ada yang sama, seperti hapalan-hapalan surat-surat pilihan yang dulu sudah kuhapal, aku merasa lebih gampang dalam menyelesaikan kewajiban di sini.

Memang terkadang kita tidak mengetahui hikmah yang terkandung dalam masalah yang sedang kita hadapi, maka kita jangan cepat mengambil keputusan. Sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup!

Rabu, 26 Maret 2008

Psikologi Remaja

Memahami Psikologi Remaja
2008-01-31
Remaja merupakan generasi pelapis yang bakal mewarisi negara pada masa depan. Justeru remaja adalah aset penting bagi negara dan perlu diasuh dan dididik agar menjadi insan yang bertanggungjawab dalam memelihara kelangsungan bangsa, agama dan negara.
Dalam membincangkan isu pembangunan modal insan berkaitan golongan remaja, kita tidak dapat lari daripada menyentuh isu pemilihan kecenderungan di kalangan mereka. Kecenderungan di sini merujuk kepada minat, daya usaha dan tumpuan yang diberikan terhadap sesuatu perkara.
Apa ada dengan motor?
Namun timbul persoalan mengapa kedapatan ramai remaja memilih motosikal dan aktiviti yang berkaitan dengan motosikal sebagai minat dan kecenderungan mereka.
Pada dasarnya kegiatan bermotosikal tiada salahnya. Ia berfungsi sebagai alat pengangkutan untuk memudahkan pemiliknya bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain.
Penggunaan motosikal juga menjadi pilihan ramai disebabkan oleh kos untuk memiliki, menggunakan dan membaiki motosikal umumnya adalah jauh lebih murah daripada kenderaan yang lain seperti kereta.
Namun, apabila motosikal dijadikan alat untuk mempamerkan aksi tunggangan yang agresif dan berisiko tinggi maka hal ini bakal berganjak daripada fungsi asas kenderaan tersebut. Dikhuatiri pula kemudaratan akan tertimpa seperti kemalangan yang mungkin juga boleh menyebabkan kehilangan nyawa.
Apabila remaja dengan minat yang sama terhadap motosikal membentuk satu kumpulan sosial antara sesama mereka maka ia akan turut mencorakkan budaya, fesyen, norma dan aliran pemikiran yang seiras dalam kelompok tersebut.
Apa yang menyedihkan ialah kedapatan pembentukan tingkah laku dan pemikiran di kalangan kumpulan remaja tersebut yang tidak sejajar dengan nilai-nilai keagamaan hatta undang-undang negara.
Gejala lumba haram, pergaulan bebas, dadah, dan jenayah lain yang berlaku di kalangan mereka yang terlibat membuatkan ibu bapa masa kini semakin bimbang dengan persekitaran anak-anak mereka yang sedang membesar.
Kita mungkin boleh melontarkan persoalan asas berkenaan kecenderungan tersebut: Mengapa pula motosikal? Mengapa bukan perkara lain seperti bola sepak? Atau perkara lain?
Pertamanya perlu dijelaskan bahawa kecenderungan remaja umumnya adalah pelbagai; terdapat mereka yang cenderung dalam sukan, keilmuan dan sebagainya.
Namun apa yang menjadikan kita melihat aktiviti bermotosikal sebagai satu fenomena yang melanda golongan remaja adalah kerana kekerapan kita melihat kelompok mereka di mana-mana. Dengan deruman enjin motosikal serta aksi tunggangan yang janggal daripada biasa membuatkan kita menyedari kehadiran mereka di sekitar kita.
Keduanya, hasil pembangunan ekonomi yang dinikmati telah meningkatkan kuasa beli rakyat di negara ini. Motosikal contohnya telah menjadi satu kenderaan yang mampu dimiliki oleh hampir setiap keluarga, apatah lagi bagi mereka yang masih bujang.
Ketiga, kebanyakan remaja memang menggunakan motosikal sebagai alat pengangkutan semata-mata. Namun terdapat sesetengah remaja yang menunggang atau memiliki motosikal mempunyai rasa kebanggaan terhadap kenderaan yang dimiliki. Atau mungkin ada yang teruja dengan kemahiran tersendiri dalam memandu motosikal.
Sebagai remaja, perasaan ingin dihargai dan diterima oleh rakan sebaya adalah sesuatu yang normal. Justeru mereka berasa selesa apabila bersama dengan rakan-rakan dengan minat yang sama. Malah ada yang seronok bersaing sesama sendiri dalam menunjukkan kehebatan pemanduan masing-masing.
Aksi motor
Sesetengah remaja pula, mungkin beranggapan bahawa beraksi dengan motosikal adalah satu-satunya cara untuk melepaskan tekanan perasaan atau beriadah setelah penat bekerja seharian ataupun mengikuti pembelajaran di sekolah.
Dalam situasi ini, kecenderungan remaja tersebut terbentuk melalui persekitarannya yang menyediakan pilihan terhad untuknya beriadah. Sekiranya ada gelanggang atau padang permainan di kawasan tempat tinggal remaja maka remaja tersebut mempunyai pilihan untuk bersukan berbanding aktiviti lain.
Hal ini berbalik pula kepada keadaan persekitaran kawasan perumahan kita dewasa ini yang semakin ketandusan padang permainan dek ditelan projek pembangunan hartanah.
Justeru kita sememangnya mengharapkan pihak berkuasa tempatan dan pemaju hartanah dalam merencana pembangunan supaya tidak mengabaikan keperluan beriadah masyarakat setempat.
Kesimpulan
Remaja sebenarnya adalah golongan yang masih tercari-cari identiti, minat dan potensi diri. Justeru mereka memerlukan medium untuk mencurahkan sepenuh tenaga dan perhatian terhadap perkara yang difikirkan sebagai bersesuaian dengan kecenderungan mereka.
Sekiranya kita dapat menyediakan galakan, bimbingan, peluang dan persekitaran yang kondusif untuk remaja mencurahkan masa dan tenaga terhadap bakat dan kecenderungan yang dimiliki, maka usaha kita mampu mengurangkan peratusan remaja yang terjebak dengan kegiatan yang tidak diingini.
Dipetik dari Utusan online
Khamis 31 Jan 2008

Ketika Hilangnya Kepercayaan Diri

Ketika kecil dulu, saat masih duduk di sekolah dasar sekitar tahun 90an, aku sering mendengar dan menyaksikan orang yang pandai mengolah kata atau berbicara di depan umum yang lebih dikenal dalam bahasa keseharian kita dengan sebutan mubaligh atau penceramah. ketika aku mendengar para penceramah terdetik di hatiku ingin seperti mereka yang pandai berbicara di depan umum.
Aku menganggap semua itu adalah hal yang mudah dilakukan dan tanpa adanya persiapan. anggapan ini terbawa sampai aku duduk di kelas satu Tsanawiyah. di sekolah tempat aku menuntut ilmu, jadwal kegiatan di pagi hari sebelum masuk kelas tepatnya pada pukul 07:00 sampai 07:30 selain hari senin dan sabtu adalah kuliah tujuh menit (kultum).
Jadwal petugas untuk kultum sudah dipampang di papan pengumuman seminggu sebelum bertugas. suatu hari aku dipanggil oleh ustadzku untuk datang ke kantor. dia mengatakan bahwa aku bertugas menjadi pembicara esok hari menggantikan pembicara yang berhalangan lantaran sakit. yang ada dalam pikiranku masih anggapan yang dulu yaitu "gampang dan mudah".
keesokan harinya ketika acara kultum dimulai aku mendapat giliran untuk menyampaikan
pembicaraanku pertama. setelah mengucapkan salam dan syukur serta salawat nabi debaran di dadaku semakin kencang, keringat dingin bercucuran tanpa kompromi, kakiku tak mau tenang, sekujur tubuhku menggigil seperti orang kedinginan. bukan hanya keringat saja yang mengalir, tapi air mata ikut berpartisipasi dalam menambah beban malu yang aku derita.
hilang semua kepercayaan diriku luluh lantak tak tersisa karena aku tak mengucapkan sepatah katapun dalam kultum tersebut kecuali salam dan syukur serta salawat saja. setelah kejadian itu aku merasa takut bila tiba giliranku untuk menyampaikan ceramah atau pidato. namun itu semua menjadi pelajaran bagiku agar lebih mempersiapkan diri dan tidak menggampangkan segala sesuatu.