Rabu, 02 April 2008

My froblem…………………………….

Tak terasa umurku kini hampir menginjak seperampat abad, masalah yang datang tak pernah ada yang menduga, manusia begitu juga aku mempunyai harapan agar hidup yang kujalani slalu lancar dan bahagia. Memang yang namanya hidup itu adalah masalah maka aku pun dalam menjalani hidup tak terlepas dari masalah yang menyapa. Tapi sepengetahuanku Allah tidak akan memberikan masalah kalau hambanya tidak mampu memikulnya.

Masalah atau musibah yang menimpa hidup manusia bisa merupakan sebuah ujian atau memang akibat perbuatan manusia itu sendiri. Musibah yang Allah timpakan kepada manusia bisa berupa ujian untuk meningkatkan kadar iman dan takwa seseorang atau berupa teguran.

Begitu juga yang kualami, dulu ketika aku masih duduk di sekolah dasar (SD), aku merasa hidup itu menyenangkan karena dijalani tanpa beban. Namun ketika sudah madrasah tsanawiyah (MTs) aku – mungkin karena sudah mulai mikir – merasa masalah datang tanpa diminta, misalnya sakit dan sebagainya. Di madrasah tempatku menempuh pendidikan, merupakan pendidikan ponpes yang peraturannya tidak mengenakkan (kalau kita selalu menurutkan keinginan).

Suatu hari, ketika aku duduk menung sendiri aku memikirkan banyaknya beban yang harus aku emban “namun aku tidak memikirkan, toh teman-teman yang lain juga mendapat tugas yang sama sepertiku. Masalah yang membuatku berpikir pendek dan enggan meneruskan studyku di madrasah tersebut adalah hapalan al-Qur’an, padahal hanya beberapa surat pilihan saja tidak 30 juz” kemudian tanpa piker panjang aku mengemasi barang-barangku untuk aku bawa pulang.

Sampai di rumah, keluargaku terkejut padahal aku baru saja dijenguk ko’ malah pulang “begitu pikiran mereka, khususnya ibuku. Kemudian aku ceritakan semua yang aku rasakan, bahwa aku merasa berat untuk menjalani pendidikan di ponpes tempatku belajar ketika itu. Namun ibu dan ayah serta keluargaku tidak marah, mereka mendiamkanku beberapa hari, mungkin mereka memberikan waktu kepadaku untuk berpikir.

Akhirnya beberapa hari kemudian keluargaku memberikan wejangan kepadaku agar aku mengerti kewajiban dan anjuran yang ada di ponpesku itu. Akhirnya dengan berat hati akupun mengikuti apa yang mereka katakana, yaitu kembali ke ponpes. Sesampainya disana akupun mengikuti disiplin yang ada walaupun hatiku masih mendongkol karena keinginanku untuk pindah sekolah tidak dituruti.

Setelah tamat dari ponpes, aku mengalami kebimbangan, kemana hendak melanjutkan study? SMA, SMK, STM atau kemana?? Mungkin saat itulah hatiku terbuka dengan keadaan sekitar rumahku yang tidak mendukung untuk melanjutkan sekolah seperti SMA atau SMK dan STM, kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan studyku ke Jawa Timur, dengan pendidikan dan pengajaran yang kudapatkan di sini aku menyadari dan merasa beruntung karena aturan yang ada di ponpesku dulu dengan di Jawa Timur ada yang sama, seperti hapalan-hapalan surat-surat pilihan yang dulu sudah kuhapal, aku merasa lebih gampang dalam menyelesaikan kewajiban di sini.

Memang terkadang kita tidak mengetahui hikmah yang terkandung dalam masalah yang sedang kita hadapi, maka kita jangan cepat mengambil keputusan. Sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup!